Thursday, December 4, 2008

"Damai" ala kawula muda Langsa

04 Des 08 Obrolan santai soal perdamaian ala kawula muda Langsa dalam acara Minum juice bareng (MJB) di Stroom Cafe bersama 45 orang pemuda dari Universitas Samudera (UNSAM) dan pendengar setia Radio Cindy FM Kota Langsa

Setelah berjalan di Pantai Barat Aceh, kali ini team Geunderang Damee mengunjungi Kota yg terkenal dengan Sop sum-sumnya, Kota Langsa menjadi kota tujuan kami untuk menjaring berbagai pendapat kaum muda tentang perdamaian Aceh. Peserta yang hadir berjumlah 45 orang, sebagian dari mereka adalah Mahasiswa/i Universitas Samudera, dan sebagian lagi pendengar Radio Cindy FM Langsa.

Sore itu cuaca di Kota Langsa sangat cerah, para pelayan di Cafe Stroom terlihat begitu sibuk menyiapkan berbagai pesanan. Sambil menikmati segelas juice segar dan sepiring gorengan kamipun mengajak para pemuda yg sudah hadir untuk mendengarkan Geunderang Damee. Setelah 30 menit mendengarkan Geunderang Damee kami mengajak mereka untuk berbincang-bincang santai soal perdamaian.

Seorang lelaki muda berpendapat kalau imbas dari konflik hanya dirasakan di desa-desa pedalaman saja, sementara di daerah perkotaan tidak begitu dirasakan. Tapi pendapat berbeda dikatakan oleh seorang peserta perempuan, menurutnya Aceh sekarang dalam situasi ketertinggalan, bukan cuma dibidang pembangunan aja, tapi di banyak hal kita ketinggalan, apalagi kalau dibidang pendidikan dan teknologi, jelas kita jauh ketinggalan, jadi di kota atau di desa sama aja, sama-sama dirugikan karena konflik.

Mungkin semua orang akan setuju, kalau konflik itu hanya memberikan kerugian dan mewariskan kesedihan. Damai memang jauh lebih indah dan sejuk, lantas arti damai bagi kita-kita kaum muda apa ya...??? Sebagian besar pemuda itu berpendapat kalau damai bukan hanya aman, tapi juga harus sejahtera, sebagian lagi berpendapat kalau damai itu juga suatu keadilan, keadilan yg memberikan kita rasa saling menghargai, saling percaya, tidak membedakan antara tua muda, dan tidak ada yg merasa sebagai minoritas ataupun mayoritas.

Intinya adalah adil, kalau sudah adil baru bisa dikatakan damai, tapi sayangnya mereka belum mendapatkan damai yg dimaksud. Para pemuda ini malah merasa sebagai kaum yg dikesampingkan atau kelompok yg dianggap tidak penting, kalau sudah begini, bagaimana mau membantu membangun perdamaian agar tetap langgeng dan abadi. Karena itu menurut mereka perlu dibentuk satu wadah yg bisa menampung aspirasi, ide, dan kreatifitas mereka, agar ada yg mendampingi, mengkoordinir serta memfasilitasi mereka, hal ini dianggap penting untuk menghindarkan pemuda-pemudi dari perilaku yg anarkis.

Untuk itu para pemuda ini berpendapat agar diadakan sosialisasi dan pelatihan tentang bagaimana menjaga perdamaian. Karena mau tidak mau, nantinya pemuda-pemuda inilah yg akan mewarisi perdamaian Aceh, tapi didalam diskusi kami beberapa dari pemuda ini terlihat ragu dan pesimis, sebagian besar dari mereka mengakui akan minimnya pengetahuan mereka tentang bagaimana membangun perdamaian, sementara sebagian lainnya berpendapat agar segera dibentuk satu Badan khusus untuk membantu masyarakat Aceh menciptakan perdamaian yg abadi dan selamanya.

Diakhir diskusi, kami membuat Quis dengan pertanyaan... apakah kepanjangan dari BRA?
Sebagian besar dari mereka menjawab Badan Rehabilitasi Aceh.

No comments: