Sunday, November 30, 2008

Minum Kopi Bareng



Minggu 23 November 2008, akhirnya tim Dari Search For Common Ground Indonesia untuk program Geundeurang Damee kembali mengadakan even off air sebagai bentuk sosialisasi pengenalan program AYRP yang telah berjalan beberapa edisi di 12 Radio mitra yang ada di 8 Kabupaten/ Kota yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam. Even off air tersebut di beri nama Minum Kopi Bareng (MKB), Minum Jus Bareng (MJB) dan juga Fouss Group Discussion (FGD). Perjalanan pertama dari even-even off air itu kami awali dikota Banda Aceh dengan mengambil tempat Favorite sebagian anak muda yang berada dipusat ibu kota Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Kedai Kopi Chek Yukee. Meskipun yang hadir hanya 8 orang sebab kondisi cuaca yang tak bersahabat, namun MKB tersebut bisa kita katakan mendapat perhatian yang cukup dari peserta yang hadir.Apa pendapat mereka tentang program Radio yang membicarakan perdamaian, yuk kita telusuri bersama melalu tulisan ini.


  • TENTANG PROGRAM GEUNDEURANG DAMEE
Geundeurang Damee selaku program Radio yang membicarakan perdamaian dari dan untuk oleh kaum muda sedikit banyak nya sudah sangat membantu anak muda di Aceh khusus nya Banda Aceh dalam penampungan suara-suara mereka untuk disampaikan kepada para pengambil kebijakan, ya meskipun hal ini tidak terlihat jelas pada jumlah sms yang mereka kirimkan sebab menurut mereka lebih baik melakukan komunikasi secara lansung dari pada sms yang hanya ditanggapi secara muluk-muluk saja dalam program. Selain menjadi wadah tempat berekspresi menyalurkan suara tentang perdamaian, Geunderang damee juga menjadi sebuah pusat informasi yang berbeda dikalangan kaum muda, dimana mereka kaum muda yang ada di Banda Aceh bisa mengetahui apa yang terjadi dan berkembang di Daerah lain, meskipun informasi nya tidak cukup banyak dan detail. Secara umum, Program Geundeurang Damee Sudah dikatakan cukup baik dalam menyajikan informasi , namun beberapa hal yang masih perlu ditambahkan menurut mereka ialah penyajian informasi mengenai pendidikan dan juga kebudayaan aceh yang semakin luput dikalangan kaum muda.
Program Geundeurang Damee jika dikatakan pendekatannya lebih kepada kaum muda, menurut mereka yang hadir pada Acara Minum Kopi Bareng sore itu , sebaik nya juga melirik waktu yang tepat yaitu yang sesuai dengan jam nya anak muda mendengarkan Radio, misalnya saja pada waktu malam dan pagi hari.

  • PERAN PEMUDA DAN PERDAMAIAN ACEH
3 Tahun sudah era perdamaian berjalan di Nanggroe Aceh Darussalam, namun keterlibatan pemuda masih sangat minim kita temui dilapangan. Apa yang sebenar nya terjadi dengan pemerintah kita selaku pihak pengambil kebijakan?? Kenapa anak muda masih dianggap kaum lemah dalam sebuah proses yang sedang berlansung di Bumi Serambi Mekkah ini, padahal jika kita menyadari mereka adalah tongkat estafet/ penerus dimasa yang akan datang. Beberapa suara yang ditampung oleh team Geundeurang Damee dari kalangan pemuda yang hadir sore itu ialah sebagai berikut :
- Pemerintah dalam hal ini termasuk juga para pengambil kebijakan yang ada, belum memberikan tempat atau wadah kepada generasi muda yang ingin menyalurkan suara-suara kebebasan ( aspirasi/ruang bicara pemuda belum ada), yang ingin berekspresi sesuai dengan skill/keahlian yang dimilki.
-Dalam proses pengambilan keputusan, Pemerintah tidak melibatkan masalah kaum muda untuk diangkat kepermuakaan sehingga tak jarang kaum muda itu disebut sebagai kaum tertindas atas kebijkan dan aturan yang berjalan.
-Proses perdamaian kira nya bukan hanya dinikmati oleh sebagian kaum saja, tapi kami ( kaum muda) juga harus bisa menikmati nya donk, jangan tindas kaum muda dengan menggunakan embel-embel peraturan pemerintah dan kekuatan kelompok sepihak yang dianggap kuat pada masa damai ini.

Rasa damai dan aman adalah keinginan semua pihak, maka sebaiknya segala keputusan dan kebijakan yang terjadi pada masa sekarang tidak lah membeda-beda kan yang mana yang muda, yang mana yang kuat dan juga yang mana yang lemah dan tua. Hiduplah dalam kebersamaan yang saling menghargai, agar masa depan Aceh pun bisa lebih baik dimasa yang akan datang.

Thursday, November 27, 2008

Pandangan "Pemuda" Meulaboh soal "Damai"



Salah satu bagian dari Aceh Youth Radio Program (AYRP) adalah mengumpulkan pendapat pemuda didaerah-daerah yang menyiarkan program kami "Geundeurang Damee". Selain Dengan SMS yg pemuda kirimkan, kami juga langsung menjaring pendapat-pandapat itu dengan cara membuat seperti Small Group Discussion atau kami beri nama MJB [minum juice bareng]. Kali ini kami kembali mengunjungi kota Meulaboh, meskipun kita tau cuaca saat ini sangat buruk dan membuat perjalanan kami terhambat dengan lumpur, banjir, dan longsor, tapi akhirnya team kami tiba juga dikota meulaboh dengan total perjalanan sekitar 12 jam.

Memang perjalanan itu terasa sangat melalahkan, namun rasa lelah itu hilang ketika kami melihat semangat pemuda Meulaboh saat melontarkan pandangan mereka soal perdamaian di Aceh Barat. Bagi pemuda meulaboh damai bukan saja tidak ada lagi peperangan, tapi damai juga merupakan kesejahteraan dan damai juga bebebasnya mereka beraspirasi soal apapun. Dalam perbincangan kami, banyak dari mereka yg berkata "takut akan ancaman dan penculikan lagi". Ada juga yg belum tau apa itu Badan Reintegrasi Aceh (BRA), mereka menganggap kalau BRA adalah BRR. Bahkan ketika ditanyakan alamat kantor BRA di Meulaboh, dari 33 pemuda yg hadir ke MJB tidak ada yg bisa menjawab dengan pasti. Mereka menganggap pemerintah atau lembaga yg bergerak soal "Peace Building" lebih banyak fokus ke daerah-daerah seperti Aceh Utara, Sigli, dan bireun. Selain itu permasalahan yg mereka anggap bisa menjadi pemicu konflik adalah mengenai lahan pekerjaan yg selama ini masih sangat minim di Aceh barat.

Di MJB (minum juice bareng) kami menjaring banyak pandangan pemuda soal perdamaian, yg nantinya kami akan membawa berbagai pandangan pemuda itu kedalam Aceh Youth View Report (AYVR). Terimakasih untuk kawan-kawan yg sudah membantu proses MJB sehingga dapat berjalan dengan baik.
- Radio Dalka FM (bang Caca dan crew)
- Marda dan kawan-kawan STIMI
- Hendri dan kawan-kawan UTU
- K' Lola
- Cafe Pantai Barat
- Dan semua pihak

Untuk kawan-kawan pemuda yg ingin memberikan pendapat soal damai Aceh, bisa kirimkan sms ke 085277488789. "jaman udah damai, jangan diam aja".

[dre]

Wednesday, November 26, 2008

Minum Juice Bersama "MJB" Dalka FM Meulaboh

26 Nov 08 kegiatan Minum Juice Bareng "MJB" di Cafe Pantai Barat bersama 40 orang pemuda dari Kelompok Mahasiswa dan Pendengar setia Radio Dalka FM Meulaboh

Monday, November 17, 2008

Mata cipit kulit putih

Pagi itu saya berkunjung kesekolah methodist yang berlokasi di jalan pocut baren peunayong Banda Aceh. Saya melihat sekelompok siswa SMP sedang asyik bermain sepak bola dilapangan sekolah, sedangkan para siswinya lebih memilih duduk bersama temannya sambil bercanda tawa. Sekolah ini didominasi oleh warga keturunan Tionghoa, namun pendengaran saya mangkap mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi mereka daripada bahasa nenek moyangnya.

Mata saya tertuju ke arah yang lain, terlihat para orang tua sedang menunggu anaknya didepan pagar sambil menjinjing bekal makanan. Apa sih...yang mereka lakukan, saya bertanya ke "Miela", ibu dari "Eldia" siswi kelas tiga disekolah itu. " Kalau beli makan diluarkan mahal, turus juga enggak cocok dengan rasanya", wah..wah..wah... ternyata berbeda ras, berbeda pula selera makannya. Kalau soal rasa....setiap orang pasti punya pilihan sendiri, Tapi...!!! dalam dunia pendidikan tidak ada kata beda, terbukti hampir 50% guru yang mengajar disitu dari suku Aceh. Mereka saling hidup berdampingan, tak ada yang merasa sebagai minoritas atau mayoritas.

Semasa konflik dulu, kaum Tionghoa adalah salah satu kaum yang didiskriminasi oleh pihak-pihak yang enggak jelas atau sering disebut "OTK = orang yang tak dikenal". Kedaan ini membuat banyak kaum minoritas angkat kaki dari bumi Serambi Mekkah, mereka mengungsi keluar Aceh dengan alasan keamanan. Salah satunya "Elvina" gadis manis yang memilik kulit putih dan bermata cipit ini terpaksa mengungsi ke Kota Medan, "dulu ada kabar yang beredar kalau orang-orang chinese mau di bacok, di culik, karena itu saya dan saudara saya mengungsi".

MoU Helsinki menghantarkan Elvina kembali ke Aceh, hanya berbekal percaya akan MoU Elvina pulang ke Aceh dan mencoba kembali menata hidup di Kota yang pernah hancur karena bencana alam Tsunami. Gadis ini sekarang menginjak usia 23 tahun, di usianya yang sekarang iya masih merasa didiskriminasi oleh masyarakat, "biasanya kalau jalan ditempat-tempat umum banyak yang ganggu dengan bahasa china yang gak jelas gitu", karena alasan ini, Elvina lebih senang berteman dengan sesama Tionghoa.

Tapi Andi lim 25 tahun berpendapat berbeda, meskipun dalam tubuhnya mengalir darah Tionghoa, Andi tidak merasa didiskriminasi dalam lingkungannya, bahkan, ia sendiri lebih banyak bergaul dengan teman-temannya yang bersuku Aceh daripada sesama kaum Tionghoa, sampai-sampai label sebagai China Aceh melekat pada dirinya karena kefassihannya berbahasa Aceh dan hobinya pergi ngopi.

"Sebenarnya kaum Tionghoa tidak tertutup, tapi mungkin ada sebagian orang Tionghoa yang merasa susah untuk berbaur dilingkungan, bukannya kalau kita baik ke orang, orang juga akan baik ke-kita", tutur Andi dengan tegas disela perbincangan kami yang berlangsung satu jam lamanya.

Iklim damai Aceh juga dirasakan oleh kaum Tionghoa, sekarang mereka bisa bekerja dengan tenang tanpa harus khawatir dengan rentetan suara senjata dan dentuman bom yang seakan menina bobo-kan kita di sunyinya malam. Diakhir perbincangan saya dengan Andi, ia hanya berpesan, "warna kulit boleh berbeda tapi kita juga anak Aceh", Sementara Elvina hanya berharap, "semua orang ingin hidup damai, janganlah kita saling membedakan, mungkin tuhan menciptakan kita berbeda-beda dengan satu rahasia yang belum kita ketahui ".

[Geundeurang Damee edisi 15-dre-]